Padang Lamun, Rumah Bagi Biota Laut Yang Hampir Terlupakan
Menjaga kelestarian alam itu sangat penting sekali salah satunya yaitu menjaga kelestarian laut. Dengan menjaga kelestarian alam, maka dampaknya akan dirasakan oleh seluruh makhluk hidup apalagi masyarakat yang tinggal di sekitar pesisir pantai. Membahas mengenai pelestarian alam, di Indonesia terdapat 3 ekosistem yang terdapat di pesisir pantai dan sangat penting sekali untuk dijaga antara lain terumbu karang, mangrove, dan padang lamun. Diantara ketiga ekosistem tersebut, padang lamun yang paling sedikit diketahui oleh masyarakat sekarang dan hampir terlupakan. Perhatian terhadap keberlangsungan padang lamun masih kurang dibanding dengan program konservasi laut untuk mangrove dan terumbu karang.
Kurangnya perhatian terhadap ekosistem padang lamun yang penting bagi kehidupan biota laut menyebabkan rusaknya ekosistem padang lamun dan terancamnya kehidupan biota laut. Masalah padang lamun sendiri mulai banyak dibicarakan setelah tahun 2000. Lalu sebenarnya apa sih itu padang lamun ? Dan apa saja manfaat yang didapatkan jika kita menjaga ekosistem padang lamun ? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita simak penjelasan berikut.
Tumbuhan lamun mempunyai akar dan rimpang (rhizome) yang mencengkeram dasar laut sehingga dapat membantu pertahanan pantai dari gerusan ombak dan gelombang. Dari sekitar 60 jenis lamun yang dikenal di dunia, 13 jenis diantaranya terdapat di Indonesia. Padang lamun terdiri dari vegetasi lamun jenis tunggal ataupun jenis campuran.
Selain tempat tumbuhnya lamun, padang lamun juga sebagai tempat berbagai jenis ikan berlindung, mencari makan, bertelur, dan membesarkan anaknya misalnya saja ikan baronang. Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan yang hidup di padang lamun. Di padang lamun juga terdapat banyak jenis biota laut yang hidupnya berasosiasi dengan lamun seperti teripang, bintang laut, bulu babi, kerang, udang, dan kepiting. Adapun penyu hijau (Chelonia mydas) dan duyung (Dugong dugon) yang hidupnya amat bergantung pada lamun. Hewan penyu memang sudah sering terdengar oleh kita namun hewan duyung ini jarang sekali diketahui oleh masyarakat luas saat ini.
Hubungan padang lamun dengan duyung merupakan simbiosis mutualisme dimana kedua pihak saling menguntungkan. Pada saat duyung memakan lamun, duyung bisa memakan lamun hingga seakar-akarnya sehingga terkesan merusak padang lamun, namun perilaku inilah yang membuat padang lamun tetap lestari. Lamun juga memanfaatkan kotaran dari duyung agar bisa tumbuh.
Untuk jumlah populasi duyung di Indonesia belum ada yang dapat memastikan berapa banyak yang masih hidup. Data populasi duyung yang masih ada saat ini sudah lama sekali belum diperbarui. Pada tahun 1970-an diperkirakan terdapat 10.000 duyung yang kemudian menurun menjadi 1000 pada tahun 1994. Diperkirakan populasi duyung tertinggi ada di perairan Arafura (berada di antara Papua dan Australia) yaitu kurang dari 200 ekor sedangkan di perairan Papua terdapat 100 ekor. Hewan ini memiliki sifat pemalu sehingga sulit untuk ditemukan. Apabila ada gangguan disekitarnya, maka mereka akan langsung menyelam dan menghilang dalam sekejap di antara padang lamun.
Saat ini populasi duyung berkurang dan dikabarkan terancam punah. Hal tersebut diakibatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dengan melakukan perburuan liar, merusak habitat duyung, dan pembuangan limbah sembarangan. Padahal hewan ini sangat dilindungi karena populasinya yang diketahui telah berkurang. Nah, untungnya di beberapa tahun ini dari tahun 2016 hingga 2018, Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan berbagai negara dalam upaya untuk meningkatkan perhatian masyarakat maupun instansi terkait dalam upaya penyelamatan mamalia laut dalam proyek DSCP (Dugong and Seagrass Conservation Project).
DSCP Indonesia merupakan bentuk kerja sama Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut KKP dengan World Wildlife Fund (WWF), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan Institut Pertanian Bogor (IPB). Proyek ini dibiayai oleh GEF (Global Environment Facility), diimplementasikan oleh UNEP (The United Nations Environment Programme), didukung secara teknis oleh Dugong MOU (Memorandum of Understanding), dan di eksekusi oleh Mohamed bin Zayed Species Conservation Fund. Sesuai dengan namanya, proyek DSCP Indonesia berfokus pada penyelamatan duyung dan habitat padang lamun dari ancaman kepunahan. Dengan bergabungnya Indonesia dalam DSCP, diharapkan data duyung dan padang lamun bisa terkumpul sebagai basis data nasional. Di Indonesia sendiri telah mengadakan pelatihan di berbagai tempat antara lain di Jakarta dan Toli-toli (Sulawesi Tengah). Dengan diadakannya pelatihan dalam upaya penyelamatan duyung, diharapkan semua pihak yang terlibat mampu untuk melindungi dan menjaga kelestarian padang lamun demi keberlangsungan hidup duyung.
Menurut data yang didapatkan oleh LIPI, dari 1.507 km2 luas padang lamun di Indonesia, hanya 5% yang tergolong sehat, 80% dinyatakan kurang sehat dan 15% dinyatakan tidak sehat. Sedangkan untuk populasi duyung / dugong masih belum dipastikan berapa banyak karena adanya keterbatasan dari penelitian dan data yang didapatkan. Dari data yang didapatkan dari luas padang lamun, dapat disimpulkan bahwa kondisi ekosistem padang lamun perlu perhatian khusus untuk dijaga. Adapun beberapa faktor yang mengakibatkan ekosistem padang lamun tercemar, tetapi sebelum itu kita harus tau dulu manfaat dan faktor apa saja yang menyebabkan padang lamun harus dilestarikan.
1. Padang Lamun Bagi Kehidupan Duyung
3. Sebagai habitat biota laut, lamun memberikan tempat perlindungan dan sebagai habitat tempat tinggal berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang lamun (seagrass beds) dapat juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan dan makanan berbagai jenis ikan herbivora dan ikan-ikan karang (coral fishes).
4. Sebagai penangkap sedimen, daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan disekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaan. Jadi, padang lamun disini berfungsi sebagai penangkap sedimen dan dapat mencegah erosi.
5. Sebagai pendaur zat hara, lamun memegang peranan penting dalam pendauran berbagai zat hara dan elemen-elemen yang langka dilingkungan laut. Khususnya zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifit.
Itulah beberapa faktor dan manfaat yang perlu diperhatikan dalam upaya pelestarian padang lamun. Lalu hal apa saja yang menyebabkan ekosistem padang lamun menjadi tercemar dan rusak ? Simak penjelasan di bawah ini.
Kerusakan ekosistem padang lamun terutama terjadi di daerah pelabuhan dan banyak pembangunan resort pariwisata di pantai yang tidak mengindahkan garis sempadan pantai dan mengorbankan padang lamun. Terdapat 2 golongan gangguan dan ancaman yang dihadapi padang lamun yaitu gangguan alam dan gangguan dari kegiatan manusia.
1. Gangguan Alam
Fenomena alam seperti tsunami dan letusan gunung api dapat menimbulkan kerusakan pantai, termasuk juga terhadap padang lamun. Tsunami yang dipicu oleh gempa bawah laut dapat menimbulkan gelombang dahsyat yang menghantam dan memorak-porandakan lingkungan pantai, seperti yang terjadi dalam peristiwa tsunami di Aceh (2004). Sedangkan peristiwa gempa bumi, seperti yang terjadi di Nias (2005) mengangkat sebagian dasar laut hingga terpapar ke atas permukaan dan menenggelamkan bagian lainnya lebih dalam. Debu letusan gunung api seperti letusan Gunung Tambora (1815) dan Krakatau (1883) menyelimuti perairan pantai sekitarnya dengan debu tebal, hingga melenyapkan padang lamun di sekitarnya.
2. Gangguan dari Aktivitas Manusia
Pada dasarnya terdapat 4 jenis kerusakan lingkungan perairan pantai yang diakibatkan oleh kegiatan manusia dan berdampak pada ekosistem padang lamun. Kerusakan tersebut berupa kerusakan fisik, pencemaran laut, penggunaan alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan, dan menangkap sumber daya alam secara berlebihan.
Upaya Pelestarian Padang Lamun
Padang lamun yang menjadi habitat bagi para duyung / dugong untuk bisa bertahan hidup sudah mulai tercemar. Hal ini disebabkan oleh aktifitas manusia yang tidak memperhatikan lingkingan di sekitar pantai. Untuk itu harus ada upaya yang perlu dilakukan agar ekosistem padang lamun kembali membaik, diantaranya yaitu :
Segala sesuatu yang ada di dunia ini pasti memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya seperti contohnya yaitu lingkungan hidup dengan manusia. Jika kita menjaga kebersihan dan melestarikan lingkungan yang ada maka efeknya akan berimbas kepada kita sebagai manusia dan makhluk hidup lainnya. Jadi lestarikanlah lingkungan demi anak dan cucu kita di masa depan.
Sumber :
news.kkp.go.id
www.wwf.or.id
www.dugongconservation.org/country/indonesia
web.unep.org/about
www.thegef.org
www.cms.int/dugong/en
#DuyungmeLamun #DSCPIndonesia #SaveDugong
Kurangnya perhatian terhadap ekosistem padang lamun yang penting bagi kehidupan biota laut menyebabkan rusaknya ekosistem padang lamun dan terancamnya kehidupan biota laut. Masalah padang lamun sendiri mulai banyak dibicarakan setelah tahun 2000. Lalu sebenarnya apa sih itu padang lamun ? Dan apa saja manfaat yang didapatkan jika kita menjaga ekosistem padang lamun ? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita simak penjelasan berikut.
Ekosistem Padang Lamun
Padang lamun merupakan ekosistem perairan dangkal yang mempunyai peranan penting bagi kehidupan berbagai biota laut dan memiliki produktivitas hayati yang tinggi. Tumbuhan yang ada di padang lamun salah satunya yaitu lamun (seagrass), tumbuhan berbunga yang tumbuh dan berkembang dengan baik di lingkungan laut dangkal dan dapat membentuk kelompok-kelompok kecil dari beberapa tegakan tunas sampai berupa hamparan padang lamun yang sangat luas. Hal yang perlu diketahui, tumbuhan lamun berbeda dengan rumput laut (seaweed) yang dikenal juga sebagai makroalga. Lamun berbunga (baik jantan maupun betina) dan berbuah di dalam air. Produksi serbuk sari dan penyerbukan sampai pembuahan semuanya terjadi dengan bantuan medium air laut.Tumbuhan lamun mempunyai akar dan rimpang (rhizome) yang mencengkeram dasar laut sehingga dapat membantu pertahanan pantai dari gerusan ombak dan gelombang. Dari sekitar 60 jenis lamun yang dikenal di dunia, 13 jenis diantaranya terdapat di Indonesia. Padang lamun terdiri dari vegetasi lamun jenis tunggal ataupun jenis campuran.
Selain tempat tumbuhnya lamun, padang lamun juga sebagai tempat berbagai jenis ikan berlindung, mencari makan, bertelur, dan membesarkan anaknya misalnya saja ikan baronang. Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan yang hidup di padang lamun. Di padang lamun juga terdapat banyak jenis biota laut yang hidupnya berasosiasi dengan lamun seperti teripang, bintang laut, bulu babi, kerang, udang, dan kepiting. Adapun penyu hijau (Chelonia mydas) dan duyung (Dugong dugon) yang hidupnya amat bergantung pada lamun. Hewan penyu memang sudah sering terdengar oleh kita namun hewan duyung ini jarang sekali diketahui oleh masyarakat luas saat ini.
Duyung si Pemakan Lamun
Duyung (Dugon dugon) merupakan hewan mamalia yang hidup dilaut dan juga salah satu anggota sirenia (ordo mamalia herbivora yang hidup di perairan seperti rawa-rawa, sungai, dan muara) atau lembu yang usianya bisa mencapai 22 tahun hingga 25 tahun bahkan bisa lebih. Duyung bukanlah ikan, karena duyung hewan mamalia yang dapat menyusui anaknya. Duyung merupakan satu-satunya lembu laut yang bisa ditemukan di kawasan perairan di wilayah Indo-Pasifik, kebanyakan duyung tinggal di kawasan timur Indonesia dan perairan utara Australia dengan perairan segar dan suhu air tertentu. Makanan kesukaan duyung yaitu rumput laut dan lamun yang mengandung kadar nitrogen yang tinggi dengan serat yang rendah. Duyung mencari makan biasanya pada saat siang dan malam hari.Hubungan padang lamun dengan duyung merupakan simbiosis mutualisme dimana kedua pihak saling menguntungkan. Pada saat duyung memakan lamun, duyung bisa memakan lamun hingga seakar-akarnya sehingga terkesan merusak padang lamun, namun perilaku inilah yang membuat padang lamun tetap lestari. Lamun juga memanfaatkan kotaran dari duyung agar bisa tumbuh.
Untuk jumlah populasi duyung di Indonesia belum ada yang dapat memastikan berapa banyak yang masih hidup. Data populasi duyung yang masih ada saat ini sudah lama sekali belum diperbarui. Pada tahun 1970-an diperkirakan terdapat 10.000 duyung yang kemudian menurun menjadi 1000 pada tahun 1994. Diperkirakan populasi duyung tertinggi ada di perairan Arafura (berada di antara Papua dan Australia) yaitu kurang dari 200 ekor sedangkan di perairan Papua terdapat 100 ekor. Hewan ini memiliki sifat pemalu sehingga sulit untuk ditemukan. Apabila ada gangguan disekitarnya, maka mereka akan langsung menyelam dan menghilang dalam sekejap di antara padang lamun.
Saat ini populasi duyung berkurang dan dikabarkan terancam punah. Hal tersebut diakibatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dengan melakukan perburuan liar, merusak habitat duyung, dan pembuangan limbah sembarangan. Padahal hewan ini sangat dilindungi karena populasinya yang diketahui telah berkurang. Nah, untungnya di beberapa tahun ini dari tahun 2016 hingga 2018, Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan berbagai negara dalam upaya untuk meningkatkan perhatian masyarakat maupun instansi terkait dalam upaya penyelamatan mamalia laut dalam proyek DSCP (Dugong and Seagrass Conservation Project).
Penyelamatan Duyung Melalui DSCP Indonesia
DSCP Indonesia merupakan bentuk kerja sama Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut KKP dengan World Wildlife Fund (WWF), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan Institut Pertanian Bogor (IPB). Proyek ini dibiayai oleh GEF (Global Environment Facility), diimplementasikan oleh UNEP (The United Nations Environment Programme), didukung secara teknis oleh Dugong MOU (Memorandum of Understanding), dan di eksekusi oleh Mohamed bin Zayed Species Conservation Fund. Sesuai dengan namanya, proyek DSCP Indonesia berfokus pada penyelamatan duyung dan habitat padang lamun dari ancaman kepunahan. Dengan bergabungnya Indonesia dalam DSCP, diharapkan data duyung dan padang lamun bisa terkumpul sebagai basis data nasional. Di Indonesia sendiri telah mengadakan pelatihan di berbagai tempat antara lain di Jakarta dan Toli-toli (Sulawesi Tengah). Dengan diadakannya pelatihan dalam upaya penyelamatan duyung, diharapkan semua pihak yang terlibat mampu untuk melindungi dan menjaga kelestarian padang lamun demi keberlangsungan hidup duyung.
Duyung merupakan satwa laut yang dilindungi penuh dan tidak dapat diperdagangkan atau dimanfaatkan dalam bentuk apapun. Hal ini sudah tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999. Duyung sudah masuk ke dalam Daftar Merah oleh the International Union on Conservation of Nature (IUCN) sebagai satwa yang “rentan terhadap kepunahan” dan juga masuk dalam Apendiks 1 oleh the Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES).
Menurut data yang didapatkan oleh LIPI, dari 1.507 km2 luas padang lamun di Indonesia, hanya 5% yang tergolong sehat, 80% dinyatakan kurang sehat dan 15% dinyatakan tidak sehat. Sedangkan untuk populasi duyung / dugong masih belum dipastikan berapa banyak karena adanya keterbatasan dari penelitian dan data yang didapatkan. Dari data yang didapatkan dari luas padang lamun, dapat disimpulkan bahwa kondisi ekosistem padang lamun perlu perhatian khusus untuk dijaga. Adapun beberapa faktor yang mengakibatkan ekosistem padang lamun tercemar, tetapi sebelum itu kita harus tau dulu manfaat dan faktor apa saja yang menyebabkan padang lamun harus dilestarikan.
Manfaat dan Peran Padang Lamun Bagi Biota Laut
Padang lamun merupakan salah satu ekosistem di laut dangkal yang paling produktif, namun disamping itu juga padang lamun memiliki peran dan manfaat penting dalam menunjang kehidupan biota laut dan perkembangan jasad hidup laut dangkal, antara lain :1. Padang Lamun Bagi Kehidupan Duyung
- Duyung bermain di padang lamun, padang lamun menjadi tempat lebih dari satu individu duyung ditemukan berinteraksi.
- Duyung mencari makan di padang lamun, duyung memakan lamun dan rhizome lamun, terutama dari jenis pionir dari genus Halophila dan Halodule.
- Duyung menyuburkan padang lamun, perilaku makan duyung yang terlihat seperti mengacak-ngacak dasar lamun dapat membuat padang lamun menjadi subur.
- Hubungan yang saling menguntungkan, duyung dan lamun dapat menjamin keseimbangan ekologis flora dan fauna lain yang berada di sekitar padang lamun, terutama ikan-ikan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di padang lamun.
3. Sebagai habitat biota laut, lamun memberikan tempat perlindungan dan sebagai habitat tempat tinggal berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang lamun (seagrass beds) dapat juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan dan makanan berbagai jenis ikan herbivora dan ikan-ikan karang (coral fishes).
4. Sebagai penangkap sedimen, daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan disekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaan. Jadi, padang lamun disini berfungsi sebagai penangkap sedimen dan dapat mencegah erosi.
5. Sebagai pendaur zat hara, lamun memegang peranan penting dalam pendauran berbagai zat hara dan elemen-elemen yang langka dilingkungan laut. Khususnya zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifit.
Itulah beberapa faktor dan manfaat yang perlu diperhatikan dalam upaya pelestarian padang lamun. Lalu hal apa saja yang menyebabkan ekosistem padang lamun menjadi tercemar dan rusak ? Simak penjelasan di bawah ini.
Kerusakan Ekosistem Padang Lamun
Hidup berdampingan dengan biota laut merupakan suatu hal yang dirasakan sehari-hari oleh masyarakat yang tinggal di sekitar pesisir pantai. Untuk dapat bertahan hidup mereka menangkap ikan dan mengumpulkan hasil laut seperti kerang, tiram, rumput laut dan sebagainya. Namun masih ada juga oknum yang secara tidak sengaja merusak ekosistem padang lamun.Kerusakan ekosistem padang lamun terutama terjadi di daerah pelabuhan dan banyak pembangunan resort pariwisata di pantai yang tidak mengindahkan garis sempadan pantai dan mengorbankan padang lamun. Terdapat 2 golongan gangguan dan ancaman yang dihadapi padang lamun yaitu gangguan alam dan gangguan dari kegiatan manusia.
1. Gangguan Alam
Fenomena alam seperti tsunami dan letusan gunung api dapat menimbulkan kerusakan pantai, termasuk juga terhadap padang lamun. Tsunami yang dipicu oleh gempa bawah laut dapat menimbulkan gelombang dahsyat yang menghantam dan memorak-porandakan lingkungan pantai, seperti yang terjadi dalam peristiwa tsunami di Aceh (2004). Sedangkan peristiwa gempa bumi, seperti yang terjadi di Nias (2005) mengangkat sebagian dasar laut hingga terpapar ke atas permukaan dan menenggelamkan bagian lainnya lebih dalam. Debu letusan gunung api seperti letusan Gunung Tambora (1815) dan Krakatau (1883) menyelimuti perairan pantai sekitarnya dengan debu tebal, hingga melenyapkan padang lamun di sekitarnya.
2. Gangguan dari Aktivitas Manusia
Pada dasarnya terdapat 4 jenis kerusakan lingkungan perairan pantai yang diakibatkan oleh kegiatan manusia dan berdampak pada ekosistem padang lamun. Kerusakan tersebut berupa kerusakan fisik, pencemaran laut, penggunaan alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan, dan menangkap sumber daya alam secara berlebihan.
- Kerusakan fisik, kerusakan terhadap padang lamun telah dilaporkan terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Di Pulau Pari dan Teluk Banten, kerusakan padang lamun disebabkan oleh aktivitas perahu-perahu nelayan yang mengeruhkan perairan dan merusak padang lamun. Reklamasi dan pembangunan kawasan industri dan pelabuhan juga telah melenyapkan sejumlah besar daerah padang lamun seperti yang terjadi di Teluk Banten. Di Teluk Kuta (Lombok) dan Teluk Lampung, para penduduk melakukan pembongkaran karang-karang dari padang lamun untuk bahan konstruksi, atau untuk membuka usaha budidaya rumput laut.
- Pencemaran laut, untuk kerusakan berupa pencemaran laut bisa berasal dari darat maupun kegiatan yang ada di laut. Pencemaran yang berasal dari darat dapat berupa limbah dari berbagai kegiatan manusia seperti limbah rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian atau pengolahan lahan yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan seperti pembalakan hutan yang menimbulkan erosi dan mengangkut sedimen ke laut. Selain di darat, kegiatan yang dilakukan di laut juga bisa berdampak pada kelestarian padang lamun. Misalnya tumpahan minyak di laut, baik dari kegiatan perkapalan dan pelabuhan, pemboran, dan debalasting muatang kapal tanker.
- Penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, beberapa alat tangkap ikan yang tak ramah lingkungan dapat menimbulkan kerusakan pada padang lamun seperti pukat harimau yang mengeruk dasar laut, penggunaan bom dan racun juga dapat menimbulkan kerusakan padang lamun.
- Menangkap sumber daya laut berlebihan, kegiatan eksploitasi berlebih menjadi tekanan berat yang menimpa ekosistem padang lamun. Banyak jenis ikan yang kini semakin sulit dicari dan ukurannya pun semakin kecil. Demikian pula teripang pasir (Holothuria scabra), dan keong lola (Trochus) yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, sekarang sudah sangat sulit dijumpai.
Upaya Pelestarian Padang Lamun
Padang lamun yang menjadi habitat bagi para duyung / dugong untuk bisa bertahan hidup sudah mulai tercemar. Hal ini disebabkan oleh aktifitas manusia yang tidak memperhatikan lingkingan di sekitar pantai. Untuk itu harus ada upaya yang perlu dilakukan agar ekosistem padang lamun kembali membaik, diantaranya yaitu :- Mengajak masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan sekitar atau dimana saja ia berada terutama pada kawasan pesisir pantai. Hal ini akan berdampak baik bagi lingkungan sekitar dan juga kesehatan.
- Ikut berpartisipasi menjadi relawan peduli lingkungan dalam program yang gagas oleh suatu komunitas atau pemerintah dalam kegiatan pelestarian padang lamun. Karena di dalam suatu kegiatan pelestarian lingkungan pasti membutuhkan banyak orang agar kegiatan yang berlangsung berjalan dengan baik.
- Memberikan wawasan kepada masyarakat bahwa selain ekosistem terumbu karang dan mangrove, di daerah pesisir juga terdapat ekosistem padang lamun yang sangat penting keberadaannya baik itu bagi biota laut maupun bagi manusia.
- Mendukung semua kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Dukungan bisa berupa apa saja, termasuk tenaga untuk membantu kegiatan, berupa material ataupun hal lainnya.
- Menciptakan teknologi yang bisa menjaga kebersihan laut maupun ekosistem padang lamun.
Segala sesuatu yang ada di dunia ini pasti memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya seperti contohnya yaitu lingkungan hidup dengan manusia. Jika kita menjaga kebersihan dan melestarikan lingkungan yang ada maka efeknya akan berimbas kepada kita sebagai manusia dan makhluk hidup lainnya. Jadi lestarikanlah lingkungan demi anak dan cucu kita di masa depan.
Sumber :
news.kkp.go.id
www.wwf.or.id
www.dugongconservation.org/country/indonesia
web.unep.org/about
www.thegef.org
www.cms.int/dugong/en
#DuyungmeLamun #DSCPIndonesia #SaveDugong
0 Response to "Padang Lamun, Rumah Bagi Biota Laut Yang Hampir Terlupakan"
Post a Comment