Pentingnya Mendidik Anak Dalam Lingkungan Keluarga di Era Kekinian
Perkembangan teknologi yang sangat pesat di awal abad ke 21 ini memberikan efek kepada semua orang untuk dapat melakukan berbagai hal dengan efisien dan dinamis. Hal tersebut tentu menuntut kita harus mempelajari hal-hal baru untuk dapat memanfaatkan teknologi dengan tepat dan benar, jika tidak maka dampak negatifnya akan berimbas kepada kita sendiri. Apalagi jika masih anak-anak sudah mengenal teknologi sejak dini. Itu akan memberikan dampak positif dan negatif pada anak secara mental, tergantung dari bagaimana cara orang tua mendidik anaknya. Agar dapat memberikan dampak positif kepada anak, sebagai orang tua, hal yang harus dilakukan yaitu membatasi penggunaan teknologi sejak dini dan memberikan pengetahuan agar anak bisa menyaring informasi yang didapatkan. Untuk itulah gunanya pendidikan di dalam lingkungan keluarga untuk anak diperlukan.
Pendidikan anak adalah faktor utama yang harus selalu diperhatikan sejak dini sedangkan lingkungan keluarga adalah tempat pertama yang paling tepat untuk pendidikan anak dan juga pilar utama untuk membentuk baik buruknya pribadi seseorang agar berkembang dengan baik dalam beretika, moral dan akhlaknya. Peran keluarga selain dapat membentuk pola sikap dan pribadi anak, juga dapat menentukan proses pendidikan yang diperoleh anak, tidak hanya di sekolah akan tetapi semua faktor bisa dijadikan sumber pendidikan.
Kurangnya perhatian yang diberikan orang tua kepada anaknya dan anak kurang mendapatkan pendidikan akan dapat menimbulkan dampak negatif bagi anak seperti kesulitan beradaptasi dengan lingkungan sosial dan mengalami kesulitan untuk menerima pelajaran di sekolah. Untuk dapat menghindari dampak negatif tersebut, orang tua dituntut untuk memberikan pendidikan sedini mungkin kepada anak, mungkin saat anak sudah beradaptasi dengan dunia luar anak tidak akan mudah terbawa kedalam hal-hal negatif yang banyak terjadi di lingkungan sosial, namun demikian masih banyak orang tua yang tidak memikirkan pendidikan anak-anaknya, sehingga mereka melalaikan tanggung jawab untuk memberikan pendidikan dan pengetahuan kepada anak. Dalam hal ini ada beberapa faktor yang membuat orang tua melalaikan tanggung jawab mereka untuk memberikan pendidikan dan pengetahuan kepada anak.
Pertama, orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya, keadaan ini mengakibatkan anak dapat terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak baik apalagi orang tua yang hanya mempercayakan perkembangan anaknya kepada sekolah (pengajar/guru) dan tanpa mengawasi proses belajarnya. Hal ini dapat membuat anak kurang hormat kepada orang tua.
Kedua, kondisi perekonomian keluarga yang kurang baik, banyak orang tua yang perekonomiannya berada di kelas menengah kebawah menginginkan anaknya bersekolah tetapi terbatas oleh ekonomi yang kurang mendukung, sehingga orang tua lebih mementingkan pekerjaan untuk menyekolahkan anaknya. Faktor ini bisa berdampak pada proses pembelajaran anak yang kurang maksimal.
Ketiga, kurang kesadaran orang tua terhadap pendidikan, sampai saat ini masih banyak orang tua yang kurang perhatian terhadap pendidikan anaknya. Seharusnya orang tua mendukung penuh agar anak mendapatkan pendidikan yang layak demi masa depannya.
Selain ketiga faktor diatas, orang tua juga sering kali lalai untuk mengawasi anaknya ketika anak berhubungan dengan teknologi terutama gawai (gadget) dan laptop. Berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), menunjukan pengguna internet di kalangan pelajar cukup besar, pada tahun 2016 total pengguna internet di Indonesia sekitar 132,7 juta jiwa, sedangkan di tahun 2017 total pengguna internet meningkat menjadi 143,26 juta jiwa, hal ini menunjukan bahwa dari tahun ke tahun pengguna internet terus meningkat.
Dengan besarnya jumlah pengguna internet dari kalangan pelajar, sudah pasti perlu adanya perhatian khusus dari lingkungan keluarga sebagai tempat pertama anak mendapatkan pendidikan. Seorang anak dapat dengan bebas mengakses berbagai informasi yang terdapat di internet melaui gawai. Namun jika informasi yang dicari itu berdampak positif dan mendukung perkembangan si anak maka tidak jadi masalah. Tetapi bagaimana jika informasi yang dicari mengandung nilai negatif seperti kekerasan, narkoba, konten dewasa atau sejenisnya. Apalagi di zaman sekarang anak lebih memerhatikan sosial media melalui gawai daripada membaca buku untuk menambah wawasan. Tentu saja sebagai orang tua pasti tidak menginginkan adanya dampak negatif dari penggunaan gawai yang mengakibatkan kecanduan.
Maka dari itu, sebagai orang tua yang penuh perhatian terhadap anak, ada beberapa hal yang harus dilakukan agar anak dapat terhindar dari dampak negatif penggunaan gawai, kalian bisa langsung mengunjungi artikel berikut, "Hindarkan Anak dari Konten Negatif Gawai". Di artikel tersebut terdapat 10 cara jitu yang bisa dilakukan oleh orang tua agar anaknya dapat terhindar dari dampak negatif penggunaan gawai. Intinya yaitu orang tua harus menetapkan aturan penggunaan perangkat gawai maupun komputer baik di dalam rumah maupun di luar rumah misalnya seperti penggunaan gawai hanya selama 2 jam per hari. Aturan ini harus diterapkan orang tua agar anak tidak kecanduan main gawai dan anak dapat mengatur waktu dengan baik. Orang tua juga harus bisa mengarahkan anak untuk dapat belajar dari perangkat canggih yang sudah ada seperti menggambar dan mewarnai dengan menggunakan program yang ada di gawai atau laptop. Secara tidak langsung kemampuan motorik dan jiwa kesenian anak dapat terasah. Contoh lainnya yaitu memperkenalkan anak dengan game puzzle, kemampuan berpikir logis sang anak dapat terasah dan anak dapat pengetahuan lebih mengenai bagaimana cara penggunaan perangkat gawai atau laptop.
Selain dari permasalahan mengenai gawai, pergaulan anak juga harus diawasi oleh orang tua karena di zaman sekarang banyak siswa SD hingga SMK sudah berbuat hal yang tidak diharapkan seperti siswa SD yang menghisap rokok elektrik. Perbuatan seperti ini harus ditindak tegas oleh orang tua dan pihak terkait demi kesehatan dan masa depan sang anak. Rokok elektrik memiliki bahaya yang sama dengan rokok konvensional karena kandungan bahan yang terdapat di dalamnya itu sama antara lain yaitu mengandung nikotin yang menyebabkan kecanduan.
Memang awalnya anak merokok dengan rokok elektrik, lama-kelamaan anak akan mencoba merokok dengan rokok konvensional kemudian bisa saja anak menggunakan sabu-sabu. Ada hal yang lebih unik lagi, anak-anak zaman sekarang sudah mulai kreatif, mereka membuat rokok elektrik dengan bahan yang cukup murah yaitu dengan menggunakan baterai dan fitting lampu. Kegiatan ini sudah mereka lakukan mulai dari tahun 2016 hingga sekarang.
Perbuatan ini menjadi pelajaran untuk kita semua dan tidak sepatutnya untuk ditiru oleh anak-anak lainnya, karena perbuatan tersebut tidak baik dan dapat mengganggu kesehatan. Jadi yang harus dilakukan orang tua yaitu harus lebih memiliki kepekaan dalam mendidik dan menjaga pergaulan si anak. Selain pendidikan dan pengawasan dari orang tua di lingkungan keluarga, pendidikan di lingkungan sekolah juga menjadi faktor yang sangat penting untuk perkembangan anak. Di sekolah, anak akan mendapatkan wawasan lebih mengenai lingkungan sosial dan belajar untuk saling berkomunikasi terhadap sebayanya, namun tetap saja harus ada pengawasan dari orang tua. Agar orang tua dapat mengawasi anaknya ketika disekolah dengan baik, orang tua wajib berkomunikasi dengan wali kelas untuk membahas perkembangan perilaku anak ketika di sekolah baik itu melalui telepon, sms ataupun sosial media seperti Whatsapp. Hal ini dilakukan agar permasalahan yang didapatkan oleh anak dapat diselesaikan.
Dengan adanya kerjasama antara orang tua dan wali guru diharapkan anak dapat berkembang dengan baik dalam beretika, moral dan akhlaknya sehingga orang tua dan guru bangga akan perkembangan anak. Memang mendidik anak di zaman sekarang itu sulit karena sekarang anak banyak maunya, beda dengan anak-anak yang lahir di tahun 80-an dan 90-an, namun disitulah tantanganya dalam mendidik anak. Orang tua harus memiliki pengetahuan lebih agar dapat mendidik dan mengarahkan anak ke jalan yang baik agar anak memiliki jiwa yang tegar sehingga dapat membangun bangsa ini dikemudian hari.
#sahabatkeluarga
Pendidikan anak adalah faktor utama yang harus selalu diperhatikan sejak dini sedangkan lingkungan keluarga adalah tempat pertama yang paling tepat untuk pendidikan anak dan juga pilar utama untuk membentuk baik buruknya pribadi seseorang agar berkembang dengan baik dalam beretika, moral dan akhlaknya. Peran keluarga selain dapat membentuk pola sikap dan pribadi anak, juga dapat menentukan proses pendidikan yang diperoleh anak, tidak hanya di sekolah akan tetapi semua faktor bisa dijadikan sumber pendidikan.
Pelibatan Keluarga Dalam Dunia Pendidikan
Di zaman sekarang ini, tantangan di dalam dunia pendidikan semakin besar dan perlu untuk disikapi bersama. Keluarga yang sebagai unit terkecil dalam masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan anak. Mengapa ? Karena di lingkungan keluarga merupakan awal terbentuknya pribadi dan watak seorang anak. Berhasil tidaknya pendidikan seorang anak dapat dihubungkan dengan perkembangan sikap dan pribadi dari orang tuanya serta hubungan komunikasi dalam keluarganya.Kurangnya perhatian yang diberikan orang tua kepada anaknya dan anak kurang mendapatkan pendidikan akan dapat menimbulkan dampak negatif bagi anak seperti kesulitan beradaptasi dengan lingkungan sosial dan mengalami kesulitan untuk menerima pelajaran di sekolah. Untuk dapat menghindari dampak negatif tersebut, orang tua dituntut untuk memberikan pendidikan sedini mungkin kepada anak, mungkin saat anak sudah beradaptasi dengan dunia luar anak tidak akan mudah terbawa kedalam hal-hal negatif yang banyak terjadi di lingkungan sosial, namun demikian masih banyak orang tua yang tidak memikirkan pendidikan anak-anaknya, sehingga mereka melalaikan tanggung jawab untuk memberikan pendidikan dan pengetahuan kepada anak. Dalam hal ini ada beberapa faktor yang membuat orang tua melalaikan tanggung jawab mereka untuk memberikan pendidikan dan pengetahuan kepada anak.
Pertama, orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya, keadaan ini mengakibatkan anak dapat terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak baik apalagi orang tua yang hanya mempercayakan perkembangan anaknya kepada sekolah (pengajar/guru) dan tanpa mengawasi proses belajarnya. Hal ini dapat membuat anak kurang hormat kepada orang tua.
Kedua, kondisi perekonomian keluarga yang kurang baik, banyak orang tua yang perekonomiannya berada di kelas menengah kebawah menginginkan anaknya bersekolah tetapi terbatas oleh ekonomi yang kurang mendukung, sehingga orang tua lebih mementingkan pekerjaan untuk menyekolahkan anaknya. Faktor ini bisa berdampak pada proses pembelajaran anak yang kurang maksimal.
Ketiga, kurang kesadaran orang tua terhadap pendidikan, sampai saat ini masih banyak orang tua yang kurang perhatian terhadap pendidikan anaknya. Seharusnya orang tua mendukung penuh agar anak mendapatkan pendidikan yang layak demi masa depannya.
Selain ketiga faktor diatas, orang tua juga sering kali lalai untuk mengawasi anaknya ketika anak berhubungan dengan teknologi terutama gawai (gadget) dan laptop. Berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), menunjukan pengguna internet di kalangan pelajar cukup besar, pada tahun 2016 total pengguna internet di Indonesia sekitar 132,7 juta jiwa, sedangkan di tahun 2017 total pengguna internet meningkat menjadi 143,26 juta jiwa, hal ini menunjukan bahwa dari tahun ke tahun pengguna internet terus meningkat.
Dengan besarnya jumlah pengguna internet dari kalangan pelajar, sudah pasti perlu adanya perhatian khusus dari lingkungan keluarga sebagai tempat pertama anak mendapatkan pendidikan. Seorang anak dapat dengan bebas mengakses berbagai informasi yang terdapat di internet melaui gawai. Namun jika informasi yang dicari itu berdampak positif dan mendukung perkembangan si anak maka tidak jadi masalah. Tetapi bagaimana jika informasi yang dicari mengandung nilai negatif seperti kekerasan, narkoba, konten dewasa atau sejenisnya. Apalagi di zaman sekarang anak lebih memerhatikan sosial media melalui gawai daripada membaca buku untuk menambah wawasan. Tentu saja sebagai orang tua pasti tidak menginginkan adanya dampak negatif dari penggunaan gawai yang mengakibatkan kecanduan.
Maka dari itu, sebagai orang tua yang penuh perhatian terhadap anak, ada beberapa hal yang harus dilakukan agar anak dapat terhindar dari dampak negatif penggunaan gawai, kalian bisa langsung mengunjungi artikel berikut, "Hindarkan Anak dari Konten Negatif Gawai". Di artikel tersebut terdapat 10 cara jitu yang bisa dilakukan oleh orang tua agar anaknya dapat terhindar dari dampak negatif penggunaan gawai. Intinya yaitu orang tua harus menetapkan aturan penggunaan perangkat gawai maupun komputer baik di dalam rumah maupun di luar rumah misalnya seperti penggunaan gawai hanya selama 2 jam per hari. Aturan ini harus diterapkan orang tua agar anak tidak kecanduan main gawai dan anak dapat mengatur waktu dengan baik. Orang tua juga harus bisa mengarahkan anak untuk dapat belajar dari perangkat canggih yang sudah ada seperti menggambar dan mewarnai dengan menggunakan program yang ada di gawai atau laptop. Secara tidak langsung kemampuan motorik dan jiwa kesenian anak dapat terasah. Contoh lainnya yaitu memperkenalkan anak dengan game puzzle, kemampuan berpikir logis sang anak dapat terasah dan anak dapat pengetahuan lebih mengenai bagaimana cara penggunaan perangkat gawai atau laptop.
Selain dari permasalahan mengenai gawai, pergaulan anak juga harus diawasi oleh orang tua karena di zaman sekarang banyak siswa SD hingga SMK sudah berbuat hal yang tidak diharapkan seperti siswa SD yang menghisap rokok elektrik. Perbuatan seperti ini harus ditindak tegas oleh orang tua dan pihak terkait demi kesehatan dan masa depan sang anak. Rokok elektrik memiliki bahaya yang sama dengan rokok konvensional karena kandungan bahan yang terdapat di dalamnya itu sama antara lain yaitu mengandung nikotin yang menyebabkan kecanduan.
Rokok elektrik ini sudah ada di Indonesia dari tahun 2012, namun pada saat itu penggunanya masih sedikit dan di tahun 2016 pengguna rokok eletrik sudah tersebar merata di beberapa wilayah Indonesia. Pemerintah Indonesia pun sudah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) dimana pelaku usaha bertanggung jawab atas bahaya yang ditimbulkan dari konsumsi rokok elektrik, Undang-Undang Nomor 39 tahun 2009 tentang Kesehatan mengenai bahaya dari mengkonsumsi tembakau khususnya rokok elektrik, kemudian Undang-Undang Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Tembakau Bagi Kesehatan terhadap produk Rokok Elektronik. Bahkan, Badan Kesehatan Dunia (WHO / World Health Organization) menegaskan bahwa setiap pemerintah di semua negara harus melarang penjualan rokok elektrik. Pasalnya, rokok elektrik sama bahayanya dengan rokok konvensional.
Memang awalnya anak merokok dengan rokok elektrik, lama-kelamaan anak akan mencoba merokok dengan rokok konvensional kemudian bisa saja anak menggunakan sabu-sabu. Ada hal yang lebih unik lagi, anak-anak zaman sekarang sudah mulai kreatif, mereka membuat rokok elektrik dengan bahan yang cukup murah yaitu dengan menggunakan baterai dan fitting lampu. Kegiatan ini sudah mereka lakukan mulai dari tahun 2016 hingga sekarang.
Perbuatan ini menjadi pelajaran untuk kita semua dan tidak sepatutnya untuk ditiru oleh anak-anak lainnya, karena perbuatan tersebut tidak baik dan dapat mengganggu kesehatan. Jadi yang harus dilakukan orang tua yaitu harus lebih memiliki kepekaan dalam mendidik dan menjaga pergaulan si anak. Selain pendidikan dan pengawasan dari orang tua di lingkungan keluarga, pendidikan di lingkungan sekolah juga menjadi faktor yang sangat penting untuk perkembangan anak. Di sekolah, anak akan mendapatkan wawasan lebih mengenai lingkungan sosial dan belajar untuk saling berkomunikasi terhadap sebayanya, namun tetap saja harus ada pengawasan dari orang tua. Agar orang tua dapat mengawasi anaknya ketika disekolah dengan baik, orang tua wajib berkomunikasi dengan wali kelas untuk membahas perkembangan perilaku anak ketika di sekolah baik itu melalui telepon, sms ataupun sosial media seperti Whatsapp. Hal ini dilakukan agar permasalahan yang didapatkan oleh anak dapat diselesaikan.
Dengan adanya kerjasama antara orang tua dan wali guru diharapkan anak dapat berkembang dengan baik dalam beretika, moral dan akhlaknya sehingga orang tua dan guru bangga akan perkembangan anak. Memang mendidik anak di zaman sekarang itu sulit karena sekarang anak banyak maunya, beda dengan anak-anak yang lahir di tahun 80-an dan 90-an, namun disitulah tantanganya dalam mendidik anak. Orang tua harus memiliki pengetahuan lebih agar dapat mendidik dan mengarahkan anak ke jalan yang baik agar anak memiliki jiwa yang tegar sehingga dapat membangun bangsa ini dikemudian hari.
#sahabatkeluarga
0 Response to "Pentingnya Mendidik Anak Dalam Lingkungan Keluarga di Era Kekinian"
Post a Comment